Sunday, May 13, 2012

Kedai Santri (bagian 2)


Insting Binatang

Perbedaan yang sangat mendasar antara manusia dengan binatang hanya dibatasi oleh akal fikiran. Manusia ber-akal fikiran sementara binatang tidak, binatang hanya diberikan insting yaitu pembawaan sejak lahir.
Akal fikiran bersifat berkembang sementara insting tidak berkembang. Satu bukti bahwa akal tu berkembang adalah keberadaan rumah tinggal manusia yang selalu berubah menyesuakan situasi dan kondisi.
Pada masa pra sejarah konon manusia bertenpat tinggal di goa-goa, kemudian berpindah di atas pohon, selanjutnya membuat rumah panggung, hingga kembali ke bawah ber-alas tanah, ubin, teraso sampai keramik dan granit dan terus mengembangkan kereatifitasnya mendirikan rumah mewah hingga pencakar langit bahkan obsesinya ingin bertempat tinggal nun jauh di atas sana yaitu ingin mencoba tinggal di planet Mars.
Berbeda dengan seekor tikus yang dari masa pra sejarah hingga kini masih tetap asyik tinggal di lubang-lubang tanah yang dibuatnya, demikian pula seekor kambing yang semenjak dulu bermanja dengan dibuatkan kandang oleh para pengembalanya, dan macan yang hingga saat ini hanya tinggal di semak belukar.
Nanun dengan berbekal insting saja, binatang pada satu sisi ternyata lebih hebat dari manusia. Buktinya, seorang bayi yang baru lahir hingga beranjak dewasa bahkan sampai berusia lanjut kalau tidak pernah belajar berenang maka dia tidak akan bisa menyebrangi walau sepetak empang sekalipun dengan kedalaman dua meteran. Sementara anak-anak bebek yang baru berumur 3 hari tanpa terlebih dahulu mendapat kursus berenang dari sang induk ternyata dengan lihainya menyembrangi empang tadi. Atau pitik-pitik ayam melahap habis cacng-cacing yang ada di depannya walau sang induk tidak pernah memberi penyuluhan gizi bagi balitanya.
Dus, belum pernah terdengar berita bahwa sang ayam jago memperkosa anak pitik. Bagaimana dengan manusia ?, entah sudah berapa banyak berita yang kita baca lewat surat kabar atau kita dengar lewat televisi tentang seorang bapak yang tega memperkosa anaknya sendiri yang masih di bawah umur, padahal manusia diberikan akal fikiran yang dengan sombong merasa dirinya lebih mulia dan hebat dari binatang yang hanya dikasih modal insting.
Akal yang terus berkembang dan tidak diimbangi dengan pendidikan moral sekaligus pengamalannya justru akan merendahkan martabat manusia itu sendiri ke derajat lebih rendah dari hewan. "Mereka punya hati tapi tidak mau memahami dengan hatinya, mereka punya mata tapi tidak mau melihat (yang benar) dengan penglihatan-nya dan mereka punya telinga tapi tidak mau mendengar (kebenaran) dengan telinganya, mereka itulah bagai binatang bahkan lebih sesat lagi dan mereka itulah orang-orang yang lalai." (Qs. al-A'raf : 179)
Tapi jika manusia memfungsikan akal fikirannya dengan tunduk kepada Allah, derajatnya pun akan melebihi sang malaikat yang sejak diciptakan tidak pernah maksiat kepada Allah SWT. Buktinya, Nabi kita Muhammad SAW. bisa sampai menghadap Allah di Sidratul Muntaha saat diisra-mi'rajkan, sementara pengawal keberangkatannya yaitu sang Jibril as. tidak sanggup mengahadap Allah hingga kesana.
Wadas, 31 Mei 2008

Sunday, January 24, 2010

Tentang Saya

Assalamualaikum. Wr. Wb


Assalamualaikum Wr. Wb. Hamdan Lillah Sholatan wa Salaman Ala Rosulillah. Saya Muhammad Yusuf Hidayat, kerap dipanggil Yusuf, lahir di Tanah Betawi Kampung Setia Budi pada Tahuhn 1969. Dalam sehari-hari, kegiatan utama Saya adalah berda'wah. Sekarang Saya sedang mengasuh Pondok Salafiyah At-Tibyan Depok. Saya memperoleh pendidikan kepesantrenan di Pondok Pesantren Al-Awwabin Depok Tahun 1983-1989. Saya pernah menamatkan kuliah pada Tahun 1994 di Fakultas Syari’ah Jurusan Perbandingan Madzhab dan Hukum IAIN Jakarta atau sekarang disebut Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta, Saya juga pernah mengenyam pendikan keulamaan pada Pendidikan Kader Ulama (PKU) Majelis Ulama Indonesia DKI Jakarta pada Tahun 1995, selanjutnya melanjutkan pendidikan Program Pascasarjana di Institut Ilmu Al-Qur'an (IIQ) Jakarta dengan konsentrasi Ulumul Qur'an dan Hadits pada Tahun 2000.


Muhammad Yusuf Hidayat